Candi Penataran (Blitar) - wisata jawa timur
Headlines News :

penunjuk waktu

Random post

Toko Laptop

Lencana Facebook

Template information

Home » » Candi Penataran (Blitar)

Candi Penataran (Blitar)

Written By Unknown on Wednesday, August 24, 2011 | 4:08 PM

Wisata Jawa Timur

Nama Candi Penataran kiranya tidak asing lagi kedengarannya di telinga kita terutama bagi masyarakat Jawa Timur. Nama tersebut sudah begitu lekat dan akrab sehingga tidak jarang digunakan orang sebagai mana jalan, toko, depot, dan nama badan - badan usaha lainnya. Orang mempergunakan nama “ Candi Penataran” (yang kadang tanpa kata “candi” di depannya) barangkali di dorong oleh rasa kagum akan masa gemilang yang pernah dicapai oleh nenk moyang kita di masa lalu, sisa-sisa bekas kegemilangan itu masih dapat kita saksikan peninggalannya sampai sekarang. Dengan menggunakan nama ini diharapkan dapat membawa sukses besar pada pemakainya disamping untuk melestarikan nama yang mempunya nilai historis itu. Penggunaan nama Candi Penataran itu memang tidak salah pilih walaupun bagi Shakespeare tidak pernah ambil peduli apakah arti sebuah nama.
Candi Penataran yang terletak di sebelah utara Blitar adalah satu-satunya komplek percandian terluas di kawasan Jawa Timur, hampir sepanjang hari tidak pernah sepi pengunjung. Menurut catatan jumlah pengunjung umum rata-rata dalam satu bulan sekitar 20.000 sampai 25.000 orang, suatu jumlah yang tidak dapat dikatakan kecil sementara jumlah pengunjung candi-candi yang lain rata-rata dalam satu bulan sekitar 5.000 orang saja. Wisatawan - wisatawan asing yang datang di Jawa Timur dalam kunjungannya ke Blitartidak lupa menyempatkan diri berkunjung ke Candi Penataran. Kekunaan ini paling banyak di tulis orang, sumber inspirasi bagi para seniman, lahan yang lumayan bagi para penjaja makanan dan barang - barang cindera manta.

Sebagai suaka budaya yang dilundungi undang-undang, Candi Penataran tergolong dalam monumen mati (dead monument) artinya tidak ada kaitannya lagi dengan agama atau kepercayaan yang hidup dewasa ini. Bangunan percandiaan tidak lagi berfungsi sebagaimana sewaktu dibangun semula. Kontak yang terjadi antara pengunjung dan kekunaan adalah dalam rangka penikmatan seni dan budaya serta ilmu pengetahuaan. Candi tidak lagi sebagai tempat untuk ibadah dan bukan tempat semedi atau meditasi. Pemugaran-pemugaran candi yang telah memdapat perhatian pemerintah sejak Pelita II adalah dalam Rangka menyelamatkan bangunan dari kerusakan yang lebih fatal bukan untuk menghidupkan kembali tradisi lama.
Apabila karena sesuatu hal sebuah candi atau monument runtuh berarti kita telah kehilangan bukti sejarah yang autentik, kehilangan tersebut tidak akan dapat diganti oleh yang lain untuk selama-lamanya. Kini 500 tahun lebih telah berlalu, komplek percandian Penataran masih tegak berdiri di tempat semula dengan penuh keanggunan dan kemegahan siap menanti kunjungan anda setiap saat............

CAGAR BUDAYA ADALAH TEMPAT WIDYA WISATA YANG SEHAT DAN BERMANFAAT

Uraian Bangunan - Bangunan Yang Penting Dan Menarik

Untuk memperoleh gambaran yang agak jelas kiranya perlu diuraikan beberapa bangunan yang di anggap penting dan menarik.
Uruatan-urutan uraian sengaja dari bangunan-bangunan yang terdapat di halaman A terus ke halaman B, C dan seterusnya mengingat pada umumnya pengunjung melihat-lihat bangunanbangunan kekunoan dari bagian depan terus ke belakang. Uraian bersifat deskriptif dengan mencantumkan ukuran-ukuran supaya dapat memberikan gambaran secara dimensional apabila kita sudah tidak berada di lokasi percandian. Bangunan-bangunan tersebut adalah sebagai berikut:

Bale Agung

Pendopo Teras

Candi Angka Tahun

Candi Naga

Candi Induk

RIWAYAT PENEMUAN

Semenjak runtuhnya kerajaan Majapahit yang kemudian di susul dengan masuknya agama Islam, banyak bangunan suci yang berkaitan dengan agama Hindu / Budha begitu saja di tinggalkan oleh masyarakat penganutnya. Lama-lama bangunan-bangunan suci yang tidak lagi dipergunakan itu di lupakan orang-orang karena masyarakat sebagian besar telah berganti kepercayaan. Akibatnya bangunan tersebut menjadi terlantar tidak ada lagi yang mengurusnya, pada akhirnya tertimbun longsoran tanah dan semak semak belukar. Yang nampak adalah puing - puing berserakan di sana sini. Ketika daerah ini berkembang menjadi pemukiman keadaannya menjadi lebih parah lagi. Batu - batu candinya di bingkar orang dari susunannya untuk keperluaan alas bangunan rumah atau pengeras jalan, sedangkan batu bata yang di tumbuk untuk dijadikan semen merah. Sejumlah batu-batu berhias dan juga arca-arca di ambil oleh sinder - sinder perkebunan. Keadaan yang menyedihkan ini berlangsung cukup lama, sampai datangnya para peneliti pada sekitar permulaan abad XIX. Dengan keahlian yang dimilikinya mulailah para peneliti itu mengadakan rekonstruksi dan pemugaran.
Demikian juga keadaan komplek percandian Panataran dimasa lalu. Candi Penataran di temukan pada tahun 1815 tetapi sampai tahun 1850 belum banyak di kenal. Penemunya adalah Sir Thomas Stamfort Raffles (1781 - 1826), letnan gubernur jendral kolonial Inggris yang berkuasa di negara kita pada waktu itu.
Raffles bersama dengan Dr. Horsfield seorang ahli Ilmu Alam mengadakan kunjungan ke Candi Penataran, hasil kunjungannya di bukukan dalam bukunya yang cukup terkenal “History of Java” yang terbit dalam dua jilid. Jejak raffles ini kemudian di ikuti oleh para peneliti lainnya: J. Crawfurd seorang asisten residen di Yogyakarta, selanjutnya van meeteren Brouwer (1828), Junghun (1844), Jonathan Rigg (1848) dan N.W. Hoepermans yang pada tahun 1866 mengadakan inventarisasi di komplek percandiaan Penataran. Pada tahun 1867 Andre de la Porte bersama dengan J. Knebel seorang asisten residen mengadakan penelitian atas Candi Panataran dan hasil penelitian di bukukan dalam bukunya yang terbit 1900 yang berjudul “De ruines van Panataran”.
Dengan berdirinya badan resmi kepurbakalaan yang pada waktu itu bersama Oudheidkundige Dienst (biasa di singkat OD) pada tanggal 14 - 06 - 1913 maka penanganan atas candi Penataran menjadi lebih intensif. Pada saat ini bersama dengan peninggalan kuno yang lainyang berada di Jawa Timur, Pemeliharaan, Perlindungan, Pemugaran dan sebagainya atas Candi Penataran berada di tangan Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur yang berkantor pusat di Trowulan, Mojokerto.

LOKASI

Candi Penataran terdaftar dalam laporan Dinas Purbakala tahun 1914 - 1915 nomor 2045 dan catatan Verbeek nomor 563. Bangunan kekunaan terdiri atas beberapa gugusan sehingga lebih tepat kalau disebut komplek percandian. Lokasi bangunan terletak di lereng barat daya Gunung Kelud pada ketinggian 450 meter di atas permukaan air laut, di suatu desa yang juga bernama Panataran, kecamatan Nglegok, Blitar. Untuk sampai di lokasi percandian dapat di tempuh dari pusat kota Blitar ke arah utara yaitu kejurusan Makam Proklamator Bung Karno. Jarak dari kota sampai lokasi diperkirakan 12 km, jalan mulus beraspal dan dapat ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan. Apabila di tempuh dari kota Blitar, setelah perjalanan mencapai 10 km, sampailah kita di pasar Nglegok, kemudian di teruskan sampai pasar desa Panataran. Disini jalan bercabang dua, yaitu belok ke kanan menuju desa Modangan sedangkan yang belok kekiri menuju yakni jalan menuju ke barat adalah langsung menuju ke percandian. Dari pertigaan pasar Panataran sampai ke lokasi hanya tinggal 300 m.
Bagi pengunjung yang datang dari malang tidak perlu masuk sampai kota, sebab dapat ditempuh dari pertigaan desa Garum belok kanan sejauh ± 5 km sudah sampai lokasi. Hanya fasilitas jalannya tidak terlalu lebar.
Share this article :

0 komentar:

Search This Blog

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. wisata jawa timur - All Rights Reserved
Original Design by Creating Website Modified by Adiknya